PAMERAN DOKUMENTASI
SENI BERSAMA MASYARAKAT
“FUTURE OF US”
Memasuki gelaran
Festival Kesenian Yogyakarta yang ke 24, acara pameran seni rupa yang selalu
hadir setiap tahun juga melakukan pembenahan diri di tengah pasang surut
penyajian dan pelaksanaannya. Di usia yang hampir seperempat abad itu, acara
pameran seni rupa selalu menjadi perhatian yang utama dari komunitas seniman/
perupa di Yogyakarta. Acara ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
perkembangan seni rupa di wilayah Yogyakarta. Perhatian yang penuh dari para
seniman itu di satu sisi menjadikan acara FKY sebagai acara yang ditunggu, tapi
di sisi lain juga melahirkan banyak kritik sebagai bentuk kepedulian seniman
terhadap acara rutin yang menjadi salah satu penanda perkembangan seni rupa di
Yogyakarta.
Sebuah survey yang
disebut dengan Survey Most Livable City Index 2011 menunjukkan bahwa
kondisi kota-kota besar di Indonesia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Dari survey itu, kota Yogyakarta menempati posisi pertama berbarengan dengan
kota Denpasar sebagai kota besar yang paling nyaman dihuni di Indonesia. Salah
satu yang menjadi point penting dari kota Yogyakarta adalah karakter
penduduknya yang ramah, lembut, dan mudah mengikuti aturan. Masyarakat yang
disurvey juga menyatakan bahwa pencapaian pembangunan di Yogyakarta dilakukan
bersama-sama antara pemerintah daerah dengan warga masyarakatnya.
Yogyakarta mempunyai
geliat kegiatan seni budaya yang dinamis. Dinamika gerakan seni budaya itu
didukung oleh keberadaan seniman beserta aktivitasnya yang seringkali terjun
langsung dalam masyarakat. Melalui
gerakan-gerakan kreatif, para seniman menjadi agen-agen perubahan sosial baik
secara langsung maupun tidak langsung. Di Yogyakarta beberapa komunitas seniman
membuat ruang-ruang alternatif di tengah-tengah lingkungan masyarakat, seperti
di pedesaan, jantung-jantung perkotaan, dan sebagainya. Begitu juga dengan
projek-projek seni yang dilakukan bersama-sama antara masyarakat dengan
seniman.
Dalam konteks inilah,
FKY ke 24 ini merasa perlu untuk menampilkan gerakan seni yang bersinggungan
dengan aktivitas gerakan sosial dan budaya dalam masyarakat Daerah
Istimewa Yogyakarta. Acara pameran seni
rupa yang menjadi bagian dari rangkaian festival kesenian, idealnya festival
menjadi media perayaan bagi para pelaku dan penikmatnya. Semangat festival
diharapkan dapat memberikan ruang bagi semua bentuk ekspresi seni dan budaya
masyarakat dan seniman dalam sebuah peristiwa bersama. Acara pameran kali ini
mencoba untuk memberikan tempat lebih besar bagi apresiasi masyarakat
Yogyakarta dan umum.
Pameran seni rupa
dalam FKY kali ini mengambil tema “Future of Us”. Tema ini merupakan tawaran
kepada para komunitas seniman untuk memberikan kontribusi terhadap masyarakat
dalam hal gagasan, harapan, dan imajinasi mengenai masa depan kota Yogyakarta
dalam konteks hidup bersama masyarakat. Gagasan dari pameran ini adalah melihat
kembali kontribusi seniman (perupa) di Yogyakarta dalam memberikan semangat
positif melalui karya seni rupa kepada masyarakat umum tentang imajinasi,
harapan, dan gagasan akan kualitas hidup yang lebih baik di masa depan.
Kontribusi ini melihat beberapa aspek: (a) Hidup berdampingan; bahwa kehadiran
‘orang lain’ dalam kehidupan bermasyarakat kita semakin tak terhindarkan.
Kemampuan bangsa ini dalam membangun toleransi masih sangat relevan dihadirkan
untuk membangun imajinasi bersama mengenai masa depan kita yang lebih baik. (b)
Kualitas hidup yang lebih baik; bahwa kualitas hidup yang mendasar bagi seluruh
masyarakat meliputi aspek-aspek yang juga mendasar, seperti lingkungan yang
sehat (bebas polusi, ruang publik yang nyaman, dsb), makanan yang sehat,
kehidupan sosial yang sehat, pendidikan yang bermartabat, kesehatan yang
berkualitas dan murah. (c) Melihat kembali kearifan lokal dalam masyarakat dan
tantangan perkembangan hari ini, sebagai bagian dari menyusun masa depan
bersama. (d) Menempatkan masyarakat sebagai bagian penting dalam produksi seni,
sebagai mitra, audiens, dan pembangun kesadaran bersama. (e) Memberikan ruang
bagi gerakan-gerakan alternatif yang hadir saat ini yang walaupun kecil namun
mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi untuk masa depan. Pendidikan
alternatif, kesehatan alternatif, gaya hidup alternatif, ruang seni alternatif,
dan gerakan-gerakan alternatif lainnya. (f) Menghadirkan pula kerja-kerja seni
yang mampu meningkatkan kualitas hidup pemirsanya melalui selera, etika, dan
estetika.
MEMECAH RUANG RUANG
‘RITUAL’ PENIKMATAN KARYA SENI RUPA
Bentuk pameran kali
ini dibuat agak lain, yaitu dengan memecah ruang ‘ritual’ penikmatan karya seni
di ruang-ruang bersama masyarakat. Beberapa komunitas seniman menggunakan
ruang-ruang yang tidak biasa digunakan sebagai ruang pamer untuk mengetengahkan
karya seninya ke masyarakat. Diharapkan dari proses ini akan tercipta interaksi
dengan publik masyarakat dan memberikan ruang apresiasi yang lebih luas.
Beberapa ruang yang digunakan antara lain pos ronda, ruang heritage, jalanan,
sekolah dasar, lokasi-lokasi penting dalam kampung-kampung, ruang-ruang untuk
transportasi publik, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. 25 komunitas ambil
bagian dalam projek kali ini. Mereka adalah Tangan Reget, Titik Api, VCY
(Volkwagen Club Yogyakarta), Ketjil Bergerak, Sanggar Anak Kampung Indonesia,
Sanggar Anak Alam, Kelas SD Nggeneng, Komunitas SD Lempuyangan 1, Barak Seni
Stefan, Postropic, Mulyakarya, Sculpcrut, DEKA-EXI(S) Project, Romantic
Artvisory, Nine, Paguyuban Sidji, Abdul Syukur dan Komunitas Batik Giriloyo,
X-Merk, Bendera, Perahu Art Connection, Co-V Toraja, Street Art Metro Monster,
Print Making Remedi, dan YK Logos.
Yang menarik adalah beberapa kelompok seniman muda itu
mencoba untuk bekerja sama dengan masyarakat melalui caranya masing-masing.
Mereka ada yang menggunakan ruang bersama masyarakat seperti pendopo kampung,
pos ronda, gedung bekas sekolah dasar, jalanan, ruang transportasi publik,
ruang heritage, lembaga pemasyarakatan dan sebagainya untuk mempresentasikan
karya dan menyelenggarakan ruang pertemuan kreatif dengan masyarakat.
AMERAN DOKUMENTASI
SENI BERSAMA MASYARAKAT
“FUTURE OF US”
Memasuki gelaran
Festival Kesenian Yogyakarta yang ke 24, acara pameran seni rupa yang selalu
hadir setiap tahun juga melakukan pembenahan diri di tengah pasang surut
penyajian dan pelaksanaannya. Di usia yang hampir seperempat abad itu, acara
pameran seni rupa selalu menjadi perhatian yang utama dari komunitas seniman/
perupa di Yogyakarta. Acara ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
perkembangan seni rupa di wilayah Yogyakarta. Perhatian yang penuh dari para
seniman itu di satu sisi menjadikan acara FKY sebagai acara yang ditunggu, tapi
di sisi lain juga melahirkan banyak kritik sebagai bentuk kepedulian seniman
terhadap acara rutin yang menjadi salah satu penanda perkembangan seni rupa di
Yogyakarta.
Sebuah survey yang
disebut dengan Survey Most Livable City Index 2011 menunjukkan bahwa
kondisi kota-kota besar di Indonesia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Dari survey itu, kota Yogyakarta menempati posisi pertama berbarengan dengan
kota Denpasar sebagai kota besar yang paling nyaman dihuni di Indonesia. Salah
satu yang menjadi point penting dari kota Yogyakarta adalah karakter
penduduknya yang ramah, lembut, dan mudah mengikuti aturan. Masyarakat yang
disurvey juga menyatakan bahwa pencapaian pembangunan di Yogyakarta dilakukan
bersama-sama antara pemerintah daerah dengan warga masyarakatnya.
Yogyakarta mempunyai
geliat kegiatan seni budaya yang dinamis. Dinamika gerakan seni budaya itu
didukung oleh keberadaan seniman beserta aktivitasnya yang seringkali terjun
langsung dalam masyarakat. Melalui
gerakan-gerakan kreatif, para seniman menjadi agen-agen perubahan sosial baik
secara langsung maupun tidak langsung. Di Yogyakarta beberapa komunitas seniman
membuat ruang-ruang alternatif di tengah-tengah lingkungan masyarakat, seperti
di pedesaan, jantung-jantung perkotaan, dan sebagainya. Begitu juga dengan
projek-projek seni yang dilakukan bersama-sama antara masyarakat dengan
seniman.
Dalam konteks inilah,
FKY ke 24 ini merasa perlu untuk menampilkan gerakan seni yang bersinggungan
dengan aktivitas gerakan sosial dan budaya dalam masyarakat Daerah
Istimewa Yogyakarta. Acara pameran seni
rupa yang menjadi bagian dari rangkaian festival kesenian, idealnya festival
menjadi media perayaan bagi para pelaku dan penikmatnya. Semangat festival
diharapkan dapat memberikan ruang bagi semua bentuk ekspresi seni dan budaya
masyarakat dan seniman dalam sebuah peristiwa bersama. Acara pameran kali ini
mencoba untuk memberikan tempat lebih besar bagi apresiasi masyarakat Yogyakarta
dan umum.
Pameran seni rupa
dalam FKY kali ini mengambil tema “Future of Us”. Tema ini merupakan tawaran
kepada para komunitas seniman untuk memberikan kontribusi terhadap masyarakat
dalam hal gagasan, harapan, dan imajinasi mengenai masa depan kota Yogyakarta
dalam konteks hidup bersama masyarakat. Gagasan dari pameran ini adalah melihat
kembali kontribusi seniman (perupa) di Yogyakarta dalam memberikan semangat
positif melalui karya seni rupa kepada masyarakat umum tentang imajinasi,
harapan, dan gagasan akan kualitas hidup yang lebih baik di masa depan.
Kontribusi ini melihat beberapa aspek: (a) Hidup berdampingan; bahwa kehadiran
‘orang lain’ dalam kehidupan bermasyarakat kita semakin tak terhindarkan.
Kemampuan bangsa ini dalam membangun toleransi masih sangat relevan dihadirkan
untuk membangun imajinasi bersama mengenai masa depan kita yang lebih baik. (b)
Kualitas hidup yang lebih baik; bahwa kualitas hidup yang mendasar bagi seluruh
masyarakat meliputi aspek-aspek yang juga mendasar, seperti lingkungan yang
sehat (bebas polusi, ruang publik yang nyaman, dsb), makanan yang sehat,
kehidupan sosial yang sehat, pendidikan yang bermartabat, kesehatan yang
berkualitas dan murah. (c) Melihat kembali kearifan lokal dalam masyarakat dan
tantangan perkembangan hari ini, sebagai bagian dari menyusun masa depan
bersama. (d) Menempatkan masyarakat sebagai bagian penting dalam produksi seni,
sebagai mitra, audiens, dan pembangun kesadaran bersama. (e) Memberikan ruang
bagi gerakan-gerakan alternatif yang hadir saat ini yang walaupun kecil namun
mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi untuk masa depan. Pendidikan
alternatif, kesehatan alternatif, gaya hidup alternatif, ruang seni alternatif,
dan gerakan-gerakan alternatif lainnya. (f) Menghadirkan pula kerja-kerja seni
yang mampu meningkatkan kualitas hidup pemirsanya melalui selera, etika, dan
estetika.
MEMECAH RUANG RUANG
‘RITUAL’ PENIKMATAN KARYA SENI RUPA
Bentuk pameran kali
ini dibuat agak lain, yaitu dengan memecah ruang ‘ritual’ penikmatan karya seni
di ruang-ruang bersama masyarakat. Beberapa komunitas seniman menggunakan
ruang-ruang yang tidak biasa digunakan sebagai ruang pamer untuk mengetengahkan
karya seninya ke masyarakat. Diharapkan dari proses ini akan tercipta interaksi
dengan publik masyarakat dan memberikan ruang apresiasi yang lebih luas.
Beberapa ruang yang digunakan antara lain pos ronda, ruang heritage, jalanan,
sekolah dasar, lokasi-lokasi penting dalam kampung-kampung, ruang-ruang untuk
transportasi publik, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. 25 komunitas ambil
bagian dalam projek kali ini. Mereka adalah Tangan Reget, Titik Api, VCY
(Volkwagen Club Yogyakarta), Ketjil Bergerak, Sanggar Anak Kampung Indonesia,
Sanggar Anak Alam, Kelas SD Nggeneng, Komunitas SD Lempuyangan 1, Barak Seni
Stefan, Postropic, Mulyakarya, Sculpcrut, DEKA-EXI(S) Project, Romantic
Artvisory, Nine, Paguyuban Sidji, Abdul Syukur dan Komunitas Batik Giriloyo,
X-Merk, Bendera, Perahu Art Connection, Co-V Toraja, Street Art Metro Monster,
Print Making Remedi, dan YK Logos.
Yang menarik adalah beberapa kelompok seniman muda itu
mencoba untuk bekerja sama dengan masyarakat melalui caranya masing-masing.
Mereka ada yang menggunakan ruang bersama masyarakat seperti pendopo kampung,
pos ronda, gedung bekas sekolah dasar, jalanan, ruang transportasi publik,
ruang heritage, lembaga pemasyarakatan dan sebagainya untuk mempresentasikan
karya dan menyelenggarakan ruang pertemuan kreatif dengan masyarakat.
Rain Rosidi