SELAMAT MALAM

Ini adalah blog untuk kumpulan catatan-catatan saya. Tanggal yang tertera di atas teks bukanlah tanggal di mana catatan itu ditulis atau dipublikasikan, tetapi itu adalah waktu saya meng upload catatan tersebut. Banyak catatan yang sudah lama yang baru saya upload dalam blog yang sempat terbengkalai ini. Sebisa mungkin akan saya terakan tanggal dan dimana catatan tersebut dipublikasikan, semampu file saya menyediakan datanya.

Rain Rosidi

Saturday, June 23, 2012

future of us


PAMERAN DOKUMENTASI
SENI BERSAMA MASYARAKAT
“FUTURE OF US”

Memasuki gelaran Festival Kesenian Yogyakarta yang ke 24, acara pameran seni rupa yang selalu hadir setiap tahun juga melakukan pembenahan diri di tengah pasang surut penyajian dan pelaksanaannya. Di usia yang hampir seperempat abad itu, acara pameran seni rupa selalu menjadi perhatian yang utama dari komunitas seniman/ perupa di Yogyakarta. Acara ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan seni rupa di wilayah Yogyakarta. Perhatian yang penuh dari para seniman itu di satu sisi menjadikan acara FKY sebagai acara yang ditunggu, tapi di sisi lain juga melahirkan banyak kritik sebagai bentuk kepedulian seniman terhadap acara rutin yang menjadi salah satu penanda perkembangan seni rupa di Yogyakarta.

Sebuah survey yang disebut dengan Survey Most Livable City Index 2011 menunjukkan bahwa kondisi kota-kota besar di Indonesia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Dari survey itu, kota Yogyakarta menempati posisi pertama berbarengan dengan kota Denpasar sebagai kota besar yang paling nyaman dihuni di Indonesia. Salah satu yang menjadi point penting dari kota Yogyakarta adalah karakter penduduknya yang ramah, lembut, dan mudah mengikuti aturan. Masyarakat yang disurvey juga menyatakan bahwa pencapaian pembangunan di Yogyakarta dilakukan bersama-sama antara pemerintah daerah dengan warga masyarakatnya.

Yogyakarta mempunyai geliat kegiatan seni budaya yang dinamis. Dinamika gerakan seni budaya itu didukung oleh keberadaan seniman beserta aktivitasnya yang seringkali terjun langsung  dalam masyarakat. Melalui gerakan-gerakan kreatif, para seniman menjadi agen-agen perubahan sosial baik secara langsung maupun tidak langsung. Di Yogyakarta beberapa komunitas seniman membuat ruang-ruang alternatif di tengah-tengah lingkungan masyarakat, seperti di pedesaan, jantung-jantung perkotaan, dan sebagainya. Begitu juga dengan projek-projek seni yang dilakukan bersama-sama antara masyarakat dengan seniman.

Dalam konteks inilah, FKY ke 24 ini merasa perlu untuk menampilkan gerakan seni yang bersinggungan dengan aktivitas gerakan sosial dan budaya dalam masyarakat Daerah Istimewa  Yogyakarta. Acara pameran seni rupa yang menjadi bagian dari rangkaian festival kesenian, idealnya festival menjadi media perayaan bagi para pelaku dan penikmatnya. Semangat festival diharapkan dapat memberikan ruang bagi semua bentuk ekspresi seni dan budaya masyarakat dan seniman dalam sebuah peristiwa bersama. Acara pameran kali ini mencoba untuk memberikan tempat lebih besar bagi apresiasi masyarakat Yogyakarta dan umum.

Pameran seni rupa dalam FKY kali ini mengambil tema “Future of Us”. Tema ini merupakan tawaran kepada para komunitas seniman untuk memberikan kontribusi terhadap masyarakat dalam hal gagasan, harapan, dan imajinasi mengenai masa depan kota Yogyakarta dalam konteks hidup bersama masyarakat. Gagasan dari pameran ini adalah melihat kembali kontribusi seniman (perupa) di Yogyakarta dalam memberikan semangat positif melalui karya seni rupa kepada masyarakat umum tentang imajinasi, harapan, dan gagasan akan kualitas hidup yang lebih baik di masa depan. Kontribusi ini melihat beberapa aspek: (a) Hidup berdampingan; bahwa kehadiran ‘orang lain’ dalam kehidupan bermasyarakat kita semakin tak terhindarkan. Kemampuan bangsa ini dalam membangun toleransi masih sangat relevan dihadirkan untuk membangun imajinasi bersama mengenai masa depan kita yang lebih baik. (b) Kualitas hidup yang lebih baik; bahwa kualitas hidup yang mendasar bagi seluruh masyarakat meliputi aspek-aspek yang juga mendasar, seperti lingkungan yang sehat (bebas polusi, ruang publik yang nyaman, dsb), makanan yang sehat, kehidupan sosial yang sehat, pendidikan yang bermartabat, kesehatan yang berkualitas dan murah. (c) Melihat kembali kearifan lokal dalam masyarakat dan tantangan perkembangan hari ini, sebagai bagian dari menyusun masa depan bersama. (d) Menempatkan masyarakat sebagai bagian penting dalam produksi seni, sebagai mitra, audiens, dan pembangun kesadaran bersama. (e) Memberikan ruang bagi gerakan-gerakan alternatif yang hadir saat ini yang walaupun kecil namun mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi untuk masa depan. Pendidikan alternatif, kesehatan alternatif, gaya hidup alternatif, ruang seni alternatif, dan gerakan-gerakan alternatif lainnya. (f) Menghadirkan pula kerja-kerja seni yang mampu meningkatkan kualitas hidup pemirsanya melalui selera, etika, dan estetika.

MEMECAH RUANG RUANG ‘RITUAL’ PENIKMATAN KARYA SENI RUPA

Bentuk pameran kali ini dibuat agak lain, yaitu dengan memecah ruang ‘ritual’ penikmatan karya seni di ruang-ruang bersama masyarakat. Beberapa komunitas seniman menggunakan ruang-ruang yang tidak biasa digunakan sebagai ruang pamer untuk mengetengahkan karya seninya ke masyarakat. Diharapkan dari proses ini akan tercipta interaksi dengan publik masyarakat dan memberikan ruang apresiasi yang lebih luas. Beberapa ruang yang digunakan antara lain pos ronda, ruang heritage, jalanan, sekolah dasar, lokasi-lokasi penting dalam kampung-kampung, ruang-ruang untuk transportasi publik, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. 25 komunitas ambil bagian dalam projek kali ini. Mereka adalah Tangan Reget, Titik Api, VCY (Volkwagen Club Yogyakarta), Ketjil Bergerak, Sanggar Anak Kampung Indonesia, Sanggar Anak Alam, Kelas SD Nggeneng, Komunitas SD Lempuyangan 1, Barak Seni Stefan, Postropic, Mulyakarya, Sculpcrut, DEKA-EXI(S) Project, Romantic Artvisory, Nine, Paguyuban Sidji, Abdul Syukur dan Komunitas Batik Giriloyo, X-Merk, Bendera, Perahu Art Connection, Co-V Toraja, Street Art Metro Monster, Print Making Remedi, dan YK Logos.

Yang menarik adalah beberapa kelompok seniman muda itu mencoba untuk bekerja sama dengan masyarakat melalui caranya masing-masing. Mereka ada yang menggunakan ruang bersama masyarakat seperti pendopo kampung, pos ronda, gedung bekas sekolah dasar, jalanan, ruang transportasi publik, ruang heritage, lembaga pemasyarakatan dan sebagainya untuk mempresentasikan karya dan menyelenggarakan ruang pertemuan kreatif dengan masyarakat.
AMERAN DOKUMENTASI
SENI BERSAMA MASYARAKAT
“FUTURE OF US”

Memasuki gelaran Festival Kesenian Yogyakarta yang ke 24, acara pameran seni rupa yang selalu hadir setiap tahun juga melakukan pembenahan diri di tengah pasang surut penyajian dan pelaksanaannya. Di usia yang hampir seperempat abad itu, acara pameran seni rupa selalu menjadi perhatian yang utama dari komunitas seniman/ perupa di Yogyakarta. Acara ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan seni rupa di wilayah Yogyakarta. Perhatian yang penuh dari para seniman itu di satu sisi menjadikan acara FKY sebagai acara yang ditunggu, tapi di sisi lain juga melahirkan banyak kritik sebagai bentuk kepedulian seniman terhadap acara rutin yang menjadi salah satu penanda perkembangan seni rupa di Yogyakarta.

Sebuah survey yang disebut dengan Survey Most Livable City Index 2011 menunjukkan bahwa kondisi kota-kota besar di Indonesia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Dari survey itu, kota Yogyakarta menempati posisi pertama berbarengan dengan kota Denpasar sebagai kota besar yang paling nyaman dihuni di Indonesia. Salah satu yang menjadi point penting dari kota Yogyakarta adalah karakter penduduknya yang ramah, lembut, dan mudah mengikuti aturan. Masyarakat yang disurvey juga menyatakan bahwa pencapaian pembangunan di Yogyakarta dilakukan bersama-sama antara pemerintah daerah dengan warga masyarakatnya.

Yogyakarta mempunyai geliat kegiatan seni budaya yang dinamis. Dinamika gerakan seni budaya itu didukung oleh keberadaan seniman beserta aktivitasnya yang seringkali terjun langsung  dalam masyarakat. Melalui gerakan-gerakan kreatif, para seniman menjadi agen-agen perubahan sosial baik secara langsung maupun tidak langsung. Di Yogyakarta beberapa komunitas seniman membuat ruang-ruang alternatif di tengah-tengah lingkungan masyarakat, seperti di pedesaan, jantung-jantung perkotaan, dan sebagainya. Begitu juga dengan projek-projek seni yang dilakukan bersama-sama antara masyarakat dengan seniman.

Dalam konteks inilah, FKY ke 24 ini merasa perlu untuk menampilkan gerakan seni yang bersinggungan dengan aktivitas gerakan sosial dan budaya dalam masyarakat Daerah Istimewa  Yogyakarta. Acara pameran seni rupa yang menjadi bagian dari rangkaian festival kesenian, idealnya festival menjadi media perayaan bagi para pelaku dan penikmatnya. Semangat festival diharapkan dapat memberikan ruang bagi semua bentuk ekspresi seni dan budaya masyarakat dan seniman dalam sebuah peristiwa bersama. Acara pameran kali ini mencoba untuk memberikan tempat lebih besar bagi apresiasi masyarakat Yogyakarta dan umum.

Pameran seni rupa dalam FKY kali ini mengambil tema “Future of Us”. Tema ini merupakan tawaran kepada para komunitas seniman untuk memberikan kontribusi terhadap masyarakat dalam hal gagasan, harapan, dan imajinasi mengenai masa depan kota Yogyakarta dalam konteks hidup bersama masyarakat. Gagasan dari pameran ini adalah melihat kembali kontribusi seniman (perupa) di Yogyakarta dalam memberikan semangat positif melalui karya seni rupa kepada masyarakat umum tentang imajinasi, harapan, dan gagasan akan kualitas hidup yang lebih baik di masa depan. Kontribusi ini melihat beberapa aspek: (a) Hidup berdampingan; bahwa kehadiran ‘orang lain’ dalam kehidupan bermasyarakat kita semakin tak terhindarkan. Kemampuan bangsa ini dalam membangun toleransi masih sangat relevan dihadirkan untuk membangun imajinasi bersama mengenai masa depan kita yang lebih baik. (b) Kualitas hidup yang lebih baik; bahwa kualitas hidup yang mendasar bagi seluruh masyarakat meliputi aspek-aspek yang juga mendasar, seperti lingkungan yang sehat (bebas polusi, ruang publik yang nyaman, dsb), makanan yang sehat, kehidupan sosial yang sehat, pendidikan yang bermartabat, kesehatan yang berkualitas dan murah. (c) Melihat kembali kearifan lokal dalam masyarakat dan tantangan perkembangan hari ini, sebagai bagian dari menyusun masa depan bersama. (d) Menempatkan masyarakat sebagai bagian penting dalam produksi seni, sebagai mitra, audiens, dan pembangun kesadaran bersama. (e) Memberikan ruang bagi gerakan-gerakan alternatif yang hadir saat ini yang walaupun kecil namun mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi untuk masa depan. Pendidikan alternatif, kesehatan alternatif, gaya hidup alternatif, ruang seni alternatif, dan gerakan-gerakan alternatif lainnya. (f) Menghadirkan pula kerja-kerja seni yang mampu meningkatkan kualitas hidup pemirsanya melalui selera, etika, dan estetika.

MEMECAH RUANG RUANG ‘RITUAL’ PENIKMATAN KARYA SENI RUPA

Bentuk pameran kali ini dibuat agak lain, yaitu dengan memecah ruang ‘ritual’ penikmatan karya seni di ruang-ruang bersama masyarakat. Beberapa komunitas seniman menggunakan ruang-ruang yang tidak biasa digunakan sebagai ruang pamer untuk mengetengahkan karya seninya ke masyarakat. Diharapkan dari proses ini akan tercipta interaksi dengan publik masyarakat dan memberikan ruang apresiasi yang lebih luas. Beberapa ruang yang digunakan antara lain pos ronda, ruang heritage, jalanan, sekolah dasar, lokasi-lokasi penting dalam kampung-kampung, ruang-ruang untuk transportasi publik, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. 25 komunitas ambil bagian dalam projek kali ini. Mereka adalah Tangan Reget, Titik Api, VCY (Volkwagen Club Yogyakarta), Ketjil Bergerak, Sanggar Anak Kampung Indonesia, Sanggar Anak Alam, Kelas SD Nggeneng, Komunitas SD Lempuyangan 1, Barak Seni Stefan, Postropic, Mulyakarya, Sculpcrut, DEKA-EXI(S) Project, Romantic Artvisory, Nine, Paguyuban Sidji, Abdul Syukur dan Komunitas Batik Giriloyo, X-Merk, Bendera, Perahu Art Connection, Co-V Toraja, Street Art Metro Monster, Print Making Remedi, dan YK Logos.

Yang menarik adalah beberapa kelompok seniman muda itu mencoba untuk bekerja sama dengan masyarakat melalui caranya masing-masing. Mereka ada yang menggunakan ruang bersama masyarakat seperti pendopo kampung, pos ronda, gedung bekas sekolah dasar, jalanan, ruang transportasi publik, ruang heritage, lembaga pemasyarakatan dan sebagainya untuk mempresentasikan karya dan menyelenggarakan ruang pertemuan kreatif dengan masyarakat.

Rain Rosidi